Masa Depan Uni Eropa

Pengantar Diskusi: Hudzaifah Muhibbullah

Jika kita berbicara masa depan Uni Eropa, maka kita berbicara terkait analisa peta politik dan kebijakan di Eropa. Sejauh mana Eropa bisa bertahan dalam keadaan seperti saat ini. Ada begitu banyak hal yang mengubah wajah Eropa, dari perang dunia kedua, lalu liberalisasi perdagangan Eropa, persamaan bea masuk, sampai ke penggabungan  kebijakan dengan dibentuknya Uni Eropa. Tujuan dibentuknya Uni Eropa adalah untuk memajukan kondisi Eropa pasca perang dunia kedua dari berbagai aspek, khususnya ekonomi dan politik. Dengan liberalisasi perdagangan, kondisi ekonomi Eropa akan terstimulus dan pertumbuhan ekonomi akan terus meningkat. Lalu dengan pembebasan biaya bea cukai bagi sesama anggota Uni Eropa, akan membuat perekonomian semakin berputar cepat.

Dalam perjalanannya, Uni Eropa mengalami berbagai macam perdebatan dalam merumuskan bentuk ‘Uni Eropa’ itu sendiri. Dan akhirnya disepakati bahwa Uni Eropa adalah sebuah perserikatan negara-negara Eropa yang dibentuk dengan asas persaudaraan. Jika ada satu negara yang mengalami kesulitan, maka negara lainnya harus membantu. Perjanjian-perjanjian pun ditandatangani dan disepakati. Perjanjian terkait perdagangan, politik, dan lain-lain.

Dari segi politik, Uni Eropa hanya terikat dalam hal-hal general, misalnya kebijakan umum terkait pekerja. Uni Eropa tidak bisa mengintervensi kebijakan politik internal masing-masing negara, misalnya kebijakan perang. Tapi yang menarik, konstitusi negara-negara anggota tidak boleh melanggar konstitusi Uni Eropa yang dibuat oleh parlemen Uni Eropa.

Tugas parlemen Uni Eropa yang paling penting adalah menyusun undang-undang Uni Eropa. Pemilihan anggota parlemen Uni Eropa melalui voting. Misalnya, Jerman memiliki 30 suara, maka dipilih dari partai-partai Jerman melalui voting. Setelah itu, di parlemen Uni Eropa terdapat fraksi-fraksi sesuai aliran politiknya. Misalnya, partai sosialis membuat fraksi sosialis.

Penguasa parlemen Uni Eropa adalah koalisi partai Kristen. Sekarang mereka memiliki 217 kursi dipimpin oleh partai CDU Jerman. Di Jerman, ada beberapa kebijakan partai tersebut yang memakai landasan teologis, diantaranya pelarangan menikah sesama jenis. Negara besar di Eropa yang tidak melegalkan pernikahan sejenis hanya Jerman. Partai Kristen konservatif ini cenderung ke arah kiri, banyak program sosial yang dijalankan.

Dalam bidang ekonomi, muncul narasi penyatuan mata uang yang berarti Uni Eropa menggunakan mata uang tunggal. Perjanjian-perjanjian disepakati, dan salah satunya adalah perjanjian Maastricht terkait syarat-syarat bagi negara pengguna mata uang tunggal. Perjanjian ini banyak memuat aturan-aturan fiskal yang menopang stabilitas negara.

Tidak semua negara anggota Uni Eropa bersepakat menggunakan mata uang tunggal, tapi akhirnya mata uang tunggal bernama ‘Euro’ berhasil diterbitkan dan diakui oleh dunia. Tahun-tahun pertama keluarnya, mata uang ini begitu kuat dan bahkan hampir menggeser Dollar Amerika di perekonomian dunia. Seiring berjalannya waktu, muncullah bencana Ekonomi yang mengguncang Eropa, yaitu krisis 2008. Bisa dikatakan, ini adalah krisis hutang beberapa negara anggota Uni Eropa, seperti Yunani, Spanyol, Portugal dll. Mekanisme persaudaraan berjalan. Jerman dan negara besar lainnya mem-bailout negara-negara yang sedang mengalami kesulitan ini, sehingga Eropa dapat terselamatkan.

Sebenarnya, ini juga adalah akibat dari sesuatu yang berbenturan dalam teori. Teorinya adalah kebijakan moneter dan kebijakan fiskal dapat saling menyokong untuk kestabilan negara. Tapi di Uni Eropa, yang ada hanya monetary union tanpa fiscal union, sehingga kebijakan moneter bersama berlaku untuk negara-negara Uni Eropa, sedangkan kebijakan fiskalnya diserahkan kepada masing-masing negara tersebut. Inilah yang membuat Uni Eropa dalam keadaan krisis. Banyak juga negara-negara yang melanggar perjanjian Maastricht, bahkan negara sebesar Italia pun melanggar perjanjian tersebut.

Moneter, Fiskal, dan Ekonomi Islam

Dalam bernegara, ada tiga fungsi negara yang harus sangat diperhatikan. fungsi alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Untuk menjalankan fungsi-fungsi tersebut negara membutuhkan instrumen, yaitu instrumen moneter dan fiskal. Moneter mengurusi segala hal terkait uang, diantaranya adalah mencetak uang, menaikan suku bunga, dan menurunkan suku bunga yang berdampak kepada perekonomian. Adapun fiskal berkaitan dengan kebijakan anggaran, seperti pajak, hutang negara, alokasi, dll. 

Dalam ekonomi ada beberapa teori terkait kebijakan fiskal dan moneter. Dalam kebijakan moneter, jika ekonomi sedang lesu, maka suku bunga diturunkan, sehingga orang beramai-ramai meminjam uang ke bank. Kemudian ekonomi akan bergerak. Dalam kebijakan fiskal, jika ekonomi lesu, maka pemerintah akan membelanjakan uangnya melebihi budget negara. Walaupun defisit, tapi perekonomian akan berjalan. 

Nah, persinggungan antara moneter dan fiskal ini sangat penting. kebijakan moneter sangat menopang kebijakan fiskal. Misalkan, Yunani ingin menggunakan kebijakan fiskal defisit untuk memajukan perekonomian, tapi Bank Central Eropa menggunakan kebijakan bunga yang tinggi, misalnya karena Jerman tidak ingin melakukan kebijakan fiskal defisit. Ini yang menjadi masalah Uni Eropa. Dan memang urusan ekonomi makro ini sangat membingungkan.

Dalam ekonomi Islam, belum ada pemikir berikut teori ideal yang mencapai kebijakan moneter yang relevan untuk zaman ini. Sayangnya juga, pakar islamic finance di UK hapir semua profesor-profesor non muslim. Menurut Taufik Ridho, belom ada ekonom Islam yang sekelas Keynes, Milton Fried dll. 

Pada tahun 2012 Uni Eropa memperketat peraturan bagi anggota-anggotanya, terutama dalam bidang fiskal. Pada tahun tersebut dibentuk persatuan fiskal atau fiscal union, lalu langkah berikutnya membentuk politic union. Jadi di masa depan, kebijakan Uni Eropa akan ter-sentralisasi. Uni Eropa akan menjadi seperti sebuah negara sendiri.

Uni Eropa sebetulnya memiliki ‘PR’ kesenjangan ekonomi yang cukup berat yang disebut asymmetric shock. Intinya, bagi negara yang ekonominya buruk seperti Yunani akan sangat kesulitan jika mereka menggunakan mata uang Euro yang stabil terus menerus. Jadi negara pengguna mata uang Euro tidaklah merata keadaannya sehingga menjadi bencana bagi negara lemah seperti Yunani. Dan masalah inilah yang menjadi perdebatan panas di tahun-tahun terakhir. Apakah mata uang tunggal masih relevan atau tidak?

Lalu di samping masalah mata uang tunggal, terdapat juga masalah politik yang cukup serius. Di mana ‘angin kanan’ mulai berhembus sangat kencang. Ditandai dengan keluarnya United Kingdom (UK) dari Uni Eropa. Kita simulasikan sedikit. Kekuatan ekonomi Jerman, Perancis dan UK setara dengan kekuatan ekonomi 24 negara Uni Eropa lainnya. Yang berarti jika UK keluar maka Uni Eropa sangat kehilangan sekali penyokong. Perlu diingat, Uni Eropa dibentuk dengan asas persaudaraan. Kabar terbaru, Marine Le Pen yang merupakan orang kedua di parlemen Uni Eropa mendapatkan popularitas yang sangat besar di Perancis dan dijagokan untuk menjadi presiden Perancis berikutnya. Jika Le Pen memenangkan pemilu, yang berideologi kanan cendrung ekstrem yang berarti anti Uni Eropa, maka perancis kemungkinan akan mengikuti jejak UK, dan kekuatan ekonomi terbesar Uni Eropa akan menghilang juga. Artinya, Uni Eropa kemungkinan besar akan bubar. Jika ini terjadi, kemungkinan pertamanya adalah menggeliat kembali proteksianisme dan merkantilisme, perdagangan tidak menjadi liberal lagi, ada banyak perjanjian-perjanjian, dan mengorbankan kekuatan nasional pesaing. Prinsipnya ekspor harus banyak, impor harus sedikit. Negara saling berlomba. Ini bisa mengarahkan Eropa kembali ke masa silam, yaitu masa perang.

Masalah lain Uni Eropa yang cukup pelik adalah terkait masalah demografi. Pengungsi yang datang ke negara-negara Eropa memantik api parta-partai ‘kanan’. Di sisi lain, sebenarnya Eropa membutuhkan penduduk untuk menjalankan ideologi kesejahterannya. Ada yang memprediksi bahwa 50 tahun yang akan datang penduduk Uni Eropa tersisa hanya setengahnya. Akan tetapi ideologi kanan sangat menekankan eksistensi bangsa Eropa. Mereka berpikir bahwa imigran akan merenggut hak-hak mereka. Jadi, ada benturan pandangan dan kepentingan. Jika kebijakan terhadap pengungsi bersifat akomodatif seperti Angela Merkel (Kanselir Jerman), parta-partai kanan akan semakin menggeliat. Tapi, jika kebijakan terhadap pengungsi tidak seperti itu, masa depan Eropa kemungkinan akan runyam. Merkel sempat turun popularitasnya ke nomor empat. Sekarang Merkel terpilih kembali menjadi kandidat Kanselir Jerman dari partai CDU/CSU. Tapi dengan catatan, kali ini mendapat suara terendah dibanding sebelum-sebelumnya.

Cina, Amerika, dan Ekstrem Kanan

Cina sekarang sangat mempengaruhi Eropa dengan kegiatan ekspor dan agenda-agenda politiknya. Bisa dikatakan Cina sekarang ada diurutan kedua kekuatan dunia, sedang mengintai Amerika untuk menuju urutan pertama.

Kemudian, dengan menangnya Trump pada pemilihan umum presiden Amerika, aliran-aliran kanan di Eropa menggeliat. Pola ini seakan terjadi di berbagai belahan dunia, sehingga potensi perang sangat besar.

Kondisi Aktual Demografi Beberapa Negara Eropa Berdasarkan Agama

Di Jerman tercatat hampir 5% penduduk beragama Islam. Sisanya ateis dan Kristen. Yang menarik di Perancis. Umat Islam di sana sekitar 10% dan itu sangat mempengaruhi pemilihan umum presiden.

Sebenarnya, penduduk Eropa kebanyakan ateis. Di Jerman, yang pemenangnya partai Kristen, tapi cenderung Kristen formalis. Kenapa banyak yang ateis di Jerman? karena jika mereka Kristen, mereka harus memberikan sumbangan kepada gereja sekitar 9-19% dari penghasilan. Secara statistik memang Kristen masih menjadi agama mayoritas. Tapi kenyataannya ateis yang mendominasi. Ada juga yang percaya kepada Tuhan, tetapi tidak memilih agama tertentu (agnostik).

Tren Partai Kristen di Jerman

Partai Kristen di Jerman menang sejak Jerman kalah perang. Tokohnya yaitu Konrad Adenauer yang juga salah seorang pendiri Uni Eropa. Partai Kristen pernah menang beberapa kali dan kalah oleh partai sosialis. Kemudian menang lagi. Yang menarik, Kanselir Jerman terdahulu, Hermut Kohl mendidik Merkel yang menjadi Kanselir Jerman sekarang dari semenjak kecil. Sebelumnya, Merkel memiliki paspor Jerman Timur. Jadi, Merkel benar-benar diterima oleh kalangan Jerman Timur maupun Barat.

Standing Position Turki Terhadap Uni Eropa dan Pengaruhnya

Turki menjadi kandidat kuat untuk masuk Uni Eropa. Tapi itu dulu. Pasca percobaan kudeta, sepertinya pintunya sudah tertutup karena syarat masuk Uni Eropa adalah militer harus sangat jinak. Sebenarnya, jika Turki masuk Uni Eropa, kontribusinya tentu akan sangat besar sekali. Apalagi terkait pengungsi, belum masuk saja sudah besar kontribusinya.

Kesimpulannya, masa depan Uni Eropa sangat terkait dengan isu politik, ekonomi, dan demografi.

Leave a comment